Renungan Pagi “Potret Kasih
Allah”
17 Februari .
2018
Memerlukan Penurutan
“Apabila engkau keluar berperang melawan musuhmu, …janganlah engkau
takut kepadanya , sebab TUHAN, Allahmu, … menyertai engkau” (Ulangan 20:1).
Menguasai Kanaan tidaklah
mudah. Tapi di ayat pembuka Ulangan 20, Allah berfirman: “ TUHAN Allahmu…
menyertai engkau” (ay.1), dan diulangi-Nya: “Dialah yang berjalan menyertai
kamu” (ay.4).
Kata-kata itu sendiri
memberikan rasa tentram bagi jiwa yang resah, dan belakangan di Alkitab kita
berjumpa dengan nama Imanuel, yang berarti “Allah beserta kita.” Ini adalah istilah yang sangat
menguatkan. Dan TUHAN berjanji untuk melakukan lebih daripada hanya hadir
beserta kita.
Tidak bersedia hanya hadir dan
memainkan peran pasif, Allah menambahkan bahwa Ia akan “berperang bagimu
melawan musuhmu, dengan maksud memberikan kemenangan kepadamu” (ay.4). TUHAN
sendiri adalah pejuang dan di sepanjang Perjanjian Lama kita membacanya sebagai
“Allah dari pasukan,” yang mengembara TUHAN sebagai jendral perang yang memimpin bala tentara surga. Penggambaran
dewa perang bukan hal yang baru di Timur Dekat kuno. Dewa-dewa yang disembah
oleh suku-suku bangsa di sana sering digambarkan sebagai pahlawan perang. Yang
baru adalah ketika Firman Allah menggambarkan Allah Israel sebagai yang mahakuasa, sebuah atribut yang
tidak biasa diterapkan pada dewa-dewa Kanaan, Filistin, dan Mesopotamia.
Meskipun Allah hadir langsung
dalam peperangan, tetap saja akan jatuh korban di pihak tentara Israel. Karena
itu, Allah memberikan “cuti” kepada (1) Orang yang telah mendirikan rumah baru,
tetapi belum menempatinya; (2) siapa yang telah membuat kebun anggur, tetapi
belum mengecap hasilnya; (3) mereka yang telah bertunangan dengan seorang
perempuan, tetapi belum mengawininya; dan (4) mereka yang takut dan lemah hati.
Mengapa Allah mengesampingkan empat kelompok orang ini? Karena mereka kan
“mati dalam pertempuran” (ay.5-7). Oh,
dan ada satu alasan lagi, dan ini berkenaan dengan scaredy-cats (gampang takut) – yaitu supaya “hati
saudara-saudaranya jangan tawar seperti hatinya” (ay.8).
Menerima tawaran Allah bisa
jadi berbahaya. Bahwasanya Ia hadir beserta kita dan berperang di pihak kita
tidak selalu berarti terhindarnya kita dari kesulitan. Konflik semesta pasti
memakan korban – dan itu tidak terbatas pada pihak yang jahat. Mereka yang
membela kebenaran dapat saja kalah dalam peperangan. Tidak sedikit yang harus
mengorbankan jiwanya. Meskipun di dunia Barat tidak sering terjadi, di banyak
budaya seringkali mereka yang beralih untuk menyembah Allah yang benar dan
Yesus Kristus yang diutus-Nya bukan hanya diasingkan, tapi tak jarang menjadi
martir.
0 komentar:
Posting Komentar