Renungan
Pagi “SESUATU yang LEBIH BAIK”
28 Desember 2017
Zebulon,
Yusuf, dan Benyamin
“Dari suku
Zebulon dua belas ribu, dari suku Yusuf dua belas ribu, dari suku Benyamin dua
belas ribu” (Wahyu 7:8).
Salah satu kelemahan Zebulon adalah suka
mengembara, keterangan yang disebutkan oleh Musa untuk menggambarkan suku ini
yaitu “pergi keluar” (Ul. 33:18). Kekuatan mereka adalah keberanian ; mereka
memperlengkapi diri mereka seperti prajurit. Mereka berdiri bersama Barak saat dalam permasalahannya dengan
Sisera; bersama Gideon melawan Midian, dan bersama Daud melawan Saul. Sejarah
mereka, bagaimanapun, ternoda oleh kecendrungan yang melemahkan yaitu
mengembara.
Yusuf juga merupakan salah satu dari nama yang
tertulis di gerbang surga. Selain apa yang mungkin dipandang sebagai
sentimentalitasnya yang berlebihan (perhatikan tangisannya yang berulang-ulang;
Kej. 42:24; 43:30; 45:2, 14; 46: 29; 50:17), Alkitan tidak mencatat kelemahan
Yusuf. Namun, ketidakcakapan dalam upaya membesarkan anak karena mengacu dari
kenyataan bahwa garis keturunannya termasuk sedikit, jika ada, keturunannya
pasti luar biasa.
Benyamin, anak bungsu dari anak-anak Yakub, seorang
bapa yang murah hati dan berbakat namun kelemahannya adalah keras kepala dan
berprasangka buruk. Begitu keras kepala dan semangat yang tidak berguna, pada
satu kesempatan, pergi sejauh mungkin untuk berperang melawan 11 suku lainnya –
dan dengan akibat yang mengerikan (Hak. 20). Dengan memasukkan nama mereka pada pintu gerbang adalah merupakan bukti
dari kasih saying dan panjang sabar Allah kita.
Perlu diperhatikan bahwa ada dua nama dari
“suku-suku yang berkemah” tidak dituliskan pada gerbang surga yaitu: Dan, seorang yang suka menipu dan
mengkritik sehingga Yakub menggambarkan sebagai ular beludak (Kej. 49:17), dan
Efraim, terkenal dengan penyembahan berhalanya (Hosea 4:17).
Pelajarannya disini sangat jelas. Bahwa sementara
kasih karunia Tuhan tidak berkesudahan,
dosa kecil yang sepertinya melepaskan orang berdosa kepada pertobatan adalah
kemunafikan dan ibadah palsu. Tidak ada dosa yang tidak dapat diampuni, tetapi
sejarah membuktikan, bahwa kedua dosa itu membutakan dan mengikat. Dengan
sukacita karena 10 suku itu termasuk di dalamnya, ada kesedihan kehilangan dua
suku yang sisa dan dua suku lain pengganti mereka, namun dengan takjub
diperingatkan kepada kita mengenai akibat bencana dosa dan anugerah Allah yang
menaklukkan segalanya.
0 komentar:
Posting Komentar